Thursday, July 3, 2008











'Ayam Tangkap'


Mendapatkan undangan dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias mengunjungi Banda Aceh 3-6 desember lalu,
Saya tidak melewatkan untuk menikmati makanan yang sedang naik daun, Ayam Tangkap.

Tiba di Rumah Makan Ayam Tangkap Cut Dek di Jl. Lambaro, aceh Besar, saya langsung disajikan makanan yang rupanya lebih
mirip dengan tumpukan sampah. Ternyata iinilah Ayam Tangkap itu. Sebuah piring dengan gundukan dedaunan ditambah bebrapa potong cabai hijau terhampar dihadapan saya. Mencari ayam diantara tumpukan dedaunan menjadi seni tersendiri dalam menikmati Ayam Tangkap. Kemampuan menangkap ayam di antara gundukan dedaunan tersebut menjadi keunikan makanan khas Aceh ini sehingga dinamakan Ayam Tangkap.

Sajian ini akan lebih nikmat bila menggunakan ayam kampung. Proses pembuatannya dimulai dengan memotong ayam hingga sebesar ibu jari orang dewasa. Setelah itu, potongan ayam dilumuri dengan bumbu yang telah ditumbuk sebelumnya. Bumbu yang digunakan yaitu bawang putih, lada, kemiri, jahe, dan garam. Potongan ayam yang sudah dibumbui kemudian digoreng sekitar 5-10 menit. Pada saat bersamaan, beberapa genggam daun pandan dan salam koja dimasukkan ke dalam wajan sama yang sama. Hal ini dilakukan agar rasa daun tersebut meresap ke dalam daging ayam yang akan disajikan. Dedaunan ini pula yang kemudian menutupi sajian ayam tangkap di setangkap piring. Dedaunan ini pun dapat dinikmati sebagai lalapan kering pelengkap potongan ayam, bak kerupuk dari daun.

Menikmati Ayam Tangkap lengkap dengan bumbu-bumbunya benar-benar puas. Harga satu porsinya antra Rp 100-140 ribu. Satu
porsi cukup untuk dinikmati dua sampai empat orang sekaligus. jadi, jika sudah tiba di Banda Aceh, jangan pernah lupa
menikmati Ayam Tangkap.

Rasanya tidak lengkap berada di Aceh bila tidak menikmati Mie Aceh. Mie Aceh yang cukup terkenal adalah Mie Aceh Razali. Di sana yang paling ditawarkan adalah Mie Aceh Kepiting dan Mie Aceh Udang. Mienya disajikan dalam bentuk mie goreng, rebus, atau basah (tidak terlalu kering dan basah). Aromanya begitu menggoda dan menggairahkan. Rasanyan gabungan antara pedas dan sedikit manis. Kuahnya pun kental yang berasal dari rempah-rempah asli rahasia leluhur bangsa. Harga satu porsinya ialah Rp 25 ribu per posri. Mie Aceh Razalai sering dipadati pengunjung, terlebih di akhir pekan. Tak heran kedai makanan ini mempunyai omzet sekitar Rp 3-4 juta rupiah per hari. Alhasil, Anda tidak akan terpuaskan jika belum menyicipi sendiri citarasa Aceh dalam sepiring mie.

No comments: